Pages

Senin, 31 Agustus 2015

Untuk Mereka Para Sahabat

Sahabat adalah sebuah kata yang siapapun akan merasa sejuk mendengarnya. Bagi saya, sahabat adalah mereka yang secara tulus berkenan menerima kita. Sebuah tahap tingkat lanjut dari per'teman'an. Dan tentu saja, setiap orang punya pemahaman sendiri mengenai arti persahabatan dari pengalaman hidupnya. Saya kemudian teringat akan quote ini; sahabat adalah mereka yang mungkin tak bersamamu ketika kamu sukses, namun mereka yang pasti bersamamu ketika kamu jatuh. Begitupun, saya percaya, persahabatan tidak perlu saling mengerti. Karena sahabat akan saling menerima hal apapun yang tak bisa dimengerti.

Sabtu, 11 Juli 2015

Mereka Yang Menginspirasi

Dalam hidup ini ada banyak orang yang menginspirasi saya. Beberapa akan saya sebut dalam tulisan ini. 
 
Di Jakarta, 2013 lalu, saya bertemu dengan seorang musisi yang sedang menjadi bahan perbincangan saat itu. Namanya Jack Thammarat, seorang gitaris dari Thailand dan Mr. Guitar Idol 2009 yang juga pernah menjadi project player untuk Tetsuo Sakurai dan Akira Jimbo. Kami akhirnya memiliki quality time di Jakarta Guitar Festival setelah sebelumnya mengatur jadwal. Kami telah cukup lama berteman baik mengingat saya sering mempublish banyak hal tentang dia si situs saya, guitaronsky.asia. Apa yang dikatakannya masih terngiang dalam benak saya. “Music makes us happy. And happiness brings us all the life. Do what you like too. Don’t stop your creativity just because you’re getting burdened by things like family, needs, or boringness. Make yourself valuable to others by being creative.” Akhirnya, saya tahu, betapa Jack ini tetap menjaga kreativitasnya agar terus eksis bermusik. Satu hal yang sering dilupakan oleh orang-orang yang sok sibuk seperti kita.

Menakar Ayat-Ayat Cinta

Terkejut juga saya ketika membaca sebuah tulisan tentang bagaimana kenyataan novel Ayat-Ayat Cinta karya kang Abik, yang ternyata hanya dilirik sebelah mata oleh kalangan sastrawan. Namun ini bukan seperti Air besar batu bersibak (peribahasa)dimana perselisihan akan timbul karena opini-opini. Para sastrawan ini mampu menakar dan memberikan kontrol terhadap apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Ya jelaslah, mereka memiliki kemampuan yang jarang dimiliki oleh kita, yakni kemampuan melihat nilai-nilai.

Dalam konteks kasusastraan, ini adalah salah satu paradigma yang saling berbenturan antara 2 pandangan yang memiliki nilai perbedaan tinggi. Namun dalam kasus ini, membaca apa komentar sang Guru sastra pembaharu, Ayu Utami, ada semacam dialektika yang bermuara pada tingginya skepticism yang kemudian muncul saat mengetahui fakta yang sebenarnya. 

Tentang Sastra dan Tradisi Jawa

Sore tadi, sembari sedikit melakukan relaksasi di kantor, saya berselancar di internet. Fokus saya tertahan seketika saat menemukan sebuah situs tentang sastra jawa. Senang dan haru serasa sesak memenuhi dada. Luar biasa, ternyata masih ada juga orang yang tergerak melakukan pelestarian terhadap kebudayaan dan sastra jawa. Di situs itu, terdapat banyak sekali karya yang sudah sangat sulit ditemukan. Arsip-arsip Kasunanan, Mangkunegaran, Ranggawarsita, ataupun Sastradiningrat. Tradisi literasi jawa kuno yang dulu pernah dirintis oleh para empu dan sastrawan pada masa kerajaan. 

Rabu, 08 Juli 2015

Taylor Swift Versus iTunes


Siapa yang tak kenal Taylor Swift. Penyanyi muda berbakat dengan belasan penghargaan yang Juni lalu menarik perhatian dunia karena geger yang terjadi antara dia dengan portal streaming music terbesar, iTunes. Saya melihat ini sebagai hegemoni Apple dengan iTunesnya yang mulai terkikis oleh adanya sikap heroic para pelaku di industri. Masyarakat selalu responsif dan kemudian muncul bermacam support dengan berbagai bentuknya.

Menulis Sebagai Terapi Jiwa


Saya tak ingat pernah bermimpi untuk menjadi penulis. Tetapi hasrat menulis? Itu baru ada. Saya ingat betul ketika guru Bahasa pertama saya, bu Tutik, menyuruh seisi kelas untuk menulis apapun, saya menulis cerpen paling panjang. Hampir separo buku Sinar Dunia kala itu. Bahkan setelah itu saya jadi sedikit keranjingan menulis, sampai-sampai pernah saya menulis cerpen fiksi yang paling ‘lugu’ setelah seringnya membaca cergam Street Fighter. Saya pamerkan ke kawan-kawan buku saya itu, dan kebanyakan dari mereka tidak tertarik. Mungkin bukan jelek cerita atau tulisannya, melainkan karena minat baca mereka yang memang rendah. Namun semenjak saya bermain musik, rasanya hasrat itu mendadak hilang. Sebuah kenyataan bahwa eksistensi kata  tergantikan oleh nada. Namun ternyata itu hanya bersifat sementara. Seiring dengan hobi membaca buku dan surfing internet yang gila-gilaan saya kembali menjadi penggila kertas dan pena. Saya tulis apapun yang ingin saya tulis. Sambil menyelam minum air kata orang. Sembari curhat, juga melatih diri. Maka saya terus menulis sampai sekarang, dan alhamdulillah sudah 3 buku terbit serta sebuah blog kebanggaan saya; guitaronsky.asia, masih berdiri tegak di bidang musik sampai hari ini.

Selasa, 07 Juli 2015

Resensi Buku, 'I Ordered My Wife From The Universe'


Buku setebal 326 halaman itu tergeletak begitu saja di samping saya. Rasa kantuk langsung membawa saya terlelap sesaat setelah halaman terakhir itu saya baca. Sudah 3 malam saya habiskan untuk menikmati lembar demi lembar novel yang saya beli minggu lalu itu. Saya masih ingat, membaca judulnya saja sudah membuat mata saya langsung menyipit, apalagi membaca isinya. Begitu pula dengan kemasan buku dan covernya, sungguh menarik. Nama penulisnya juga keren. Stanley Dirgapradja, seorang konsultan kreatif di perusahaan digital media dan chief editor di portal Men Style Indonesia yang sekarang tinggal di Jakarta.

Tentang Hati dan Rasa


Aku tak tahu lagi harus menumpahkan semua perasaan ini ke siapa. Semuanya begitu menyesakkan dada. Seluruh elemennya serba absurd, fiksi. Cetak biru yang pernah kutorehkan seakan tak berarti apapun di hadapan sang pembunuh karakter. Semua bayangan itu nampak jelas, terukir besar di menara langit. Dan tiap kali kumendongak untuk sekedar menengok saja, maka gambaran itu akan kembali muncul dan dengan sekejap mata akan menukik ke bawah mencoba membunuhku kembali perlahan-lahan.

Senin, 06 Juli 2015

Indonesia Menjadi Tamu Kehormatan di Pameran Buku Jerman, Senang atau Sedih?



Sedikit kebanggaan muncul dari dalam sini (menunjuk dada) ketika semalam saya membaca sebuah esai Goenawan Muhammad di harian Jawa Pos tentang persiapan Indonesia menjadi Guest of Honour di Frankfurt Book Fair yang akan digelar selama nyaris satu minggu yaitu tanggal 13-18 Oktober nanti. Senang juga ketika tahu beberapa novelis jagoan tanah air berada di line up. Sebut saja Ahmad Tohari, Laksmi Pamuntjak, Andrea Hirata, Ayu Utami, atau Dewi Lestari. Mereka adalah para tamu kehormatan yang nantinya akan mewakili wajah kesusastraan Indonesia. Menurut mbak Feby Indira yang juga anggota Komite Nasional, ada sekitar 70 penulis yang siap berangkat Oktober nanti.

Sabtu, 04 Juli 2015

Tentang Hari Ini

Hari ini hari Sabtu. Yah, hari dimana orang-orang akan merayakan akhir pekan. Namun bagi saya, hari ini masih sama seperti hari lainnya. Selalu sibuk. Seharian ini saya dan beberapa rekan di tempat kerja harus sedikit berkeringat karena kantor baru telah siap untuk di huni. Kami saling mengusung file dan mengangkat beberapa barang-barang ke kantor sebelah yang baru. Sedikit lebih luas sih, walau jendelanya begitu terbuka mengingat kaca-kaca itu selalu dibiarkan bertelanjang tanpa sehelai gordenpun. Mejaku sendiri berada di sebelah monitor CCTV dan bersebelahan dengan meja komputer. Saya kemudian berfikir, sedikit saja saya bergerak maju mundur, pasti sudah bakal bonyok kepala ini kejatuhan monitor-monitor itu. Jojo, menemani saya di samping kiri dengan mejanya. Rekan baru saya itu, rencananya akan saya beri sedikit keberanian agar mau mendekati wanita. He he ....

Jumat, 03 Juli 2015

Bijak Berdakwah

Di hari Jum'at ini, seperti biasa saya hanya bekerja setengah hari. Saya pulang pukul 11.00 dan langsung pulang untuk kemudian bersiap melakukan shalat Jum'at di masjid sebelah. Acara shalat Jum'at berlangsung lancar tanpa kendala berarti. Semuanya baik-baik saja ketika kemudian mata saya tertuju pada selembar kertas putih, sebuah buletin 4 halaman, jurnal dakwah sebuah lembaga yang sudah sangat sangat lama sekali tidak saya baca.

Kamis, 02 Juli 2015

Asa Semesta

Sudah lama gak berpuisi. So I think I deserve a shot of trial on this. Let me know what you think.



Pena hitam mengukir malam
Mengasah tajam lidah langit
Cerah mega yang kian buram bercahaya
Menopang langit mencipta ceruk
Nyanyi suara alam tanpa aksara
Saling menggamit berkelindan mengisi sarwa
Anak anak malam lintang pukang merekuh angkuh
Sumbang terdengar lolongan serigala liar menyalak

Sabtu, 27 Juni 2015

Aku dan Piano

Music is in my blood. Itu yang selalu saya katakan kepada mereka yang kerap bertanya; kenapa saya begitu menggilai dunia musik. Saya kemudian berkata bahwa dengan bermusik saya telah berhasil membuat hidup ini lebih bergairah, hari hari saya terasa istimewa, dan perasaan ini selalu bergembira. Sejak kecil musik telah begitu lekat dengan kehidupan saya, walaupun orang tua dulu tak pernah mendukung, namun saya kemudian membuktikan bahwa musik memberikan saya segalanya. Kekuatan, cinta, sosial, ekonomi, popularitas, dan yang terpenting, keberanian. Itulah mengapa saya tak pernah menganak-tirikan alat musik. Saya pelajari semuanya; drum, piano, gitar, bass, biola, bahkan seruling. Saya lebih suka disebut musisi ketimbang penyebutan salah satu instrumen seperti drummer, atau pianis, gitaris atau yang lainnya. It sounds maturer.

Sengsara Membawa Nikmat

Hari ini adalah hari yang terberat buat lelaku puasa saya. Sedari tadi malam saya belum tidur karena nyeri yang tak kunjung henti di gigi. Setelah sahurpun saya coba menutup mata apadaya masih juga tak mau. Akhirnya saya berangkat kerja dengan mata ngantuk. Karena ada jadwal checking alat band di Surabaya Musik dan Melodia Musik, maka mau gak mau dengan mata sayu dan gigi hingga kepala yang terus cenat-cenut, saya harus tetap berangkat. Untuk menghindari rasa kantuk, sengaja saya berkendara ngebut. Selain memacu adrenalin ngebut juga membantu membuka mata ini lebar-lebar, walau panas terus manampar namun tetap  hebat semangat ini berkobar.

Proses Kreatif yang Unik dari Para Penulis

Baru aja surfing, eh nemu sebuah blog yang bercerita tentang fakta unik para penulis legendaris. Misalnya saja seperti Agatha Christie yang justru banyak menggubah ide-ide kreatifnya di kamar mandi, lalu Edgar Allan Poe yang selalu ditemani kucing kesayangannya Catterina ketika menulis. Atau fakta tentang penulis flamboyan Gertrude Stein yang memperoleh inspirasi dari mobil T Ford-nya. Sembari berkendara, Stein akan mengoceh sementara kekasihnya Alice akan menulis tiap prosa dan narasi yang keluar.

Jumat, 26 Juni 2015

Hedonisme dan Sekolah Ramadhan

Ya ya ya, bulan Ramadhan akhirnya tiba juga dan tidak terasa sudah 1 minggu kita lewatin. Saya gak pengen ngomong banyak sih tentang tema Ramadhan karena memang bukan kapasitas saya untuk berbicara ihwal keagamaan. Hanya saja beberapa hal yang ingin saya utarakan adalah bahwa jangan lupa tujuan berpuasa, yakni menyucikan diri. Karena apa, fakta yang ada di lapangan adalah, bahwa menjelang lebaran, kriminalitas justru meningkat. Ini bukti bahwa setan itu tidaklah di belenggu. Melainkan, yang terjadi sebetulnya adalah, bahwa dari dulu Setan itu tidak pernah menggoda kita para manusia, karena apa, karena tanpa di godapun, manusia itu memiliki kecenderungan melakukan dosa. Karena itulah obatnyapun tidak sulit, tinggal ngilangin huruf S aja, Do'a. He he ... Anggap saja Ramadhan itu semacam 'sekolah' yang harus kita ikuti selama 1 bulan saja. All we have to do is, kudu lulus. That's all.

Jumat, 19 Juni 2015

Pertemuan Tiba-Tiba di Sidoarjo

Sebuah pameran layanan jasa publik di gelar di Sidoarjo kemarin. Ketika saya selesai mengajar piano, seseorang dari pameran mendatangi saya di lobby lalu menunjukkan identitasnya yang seorang pegawai dinas dari Kemenkunham. Dia sedang mencari seorang pemain gitar klasik untuk mengisi acara pamerannya besok. Saya sebetulnya menolak, karena badan saya masih pegal setelah acara Guitar Warbler di Sekolah Musik Indonesia daerah Ngagel di malam sabtunya. Tetapi setelah tau dia adalah teman dari teman saya di Surabaya maka akhirnya saya iyakan permintaan itu.

Kamis, 18 Juni 2015

Lomba Cerpen Penerbit Rumah Kayu

Beberapa waktu lalu Penerbit Rumah Kayu mengadakan sebuah lomba cerpen bertema bebeas yang mana nanti akan karya terbaik dan pilihan akan dibukukan. Saya tidak pernah menyangka jika pesertanya ternyata akan sebanyak ini. Jumlahnya mencapai 1154 naskah. Saya sendiri berada di urutan 262. Judulnya Cinta dan Spiritualitas, sengaja saya pilihkan karya saya itu untuk menyambut bulan suci Ramadhan ini.

Sabtu, 06 Juni 2015

Good Bye Tina

Saya selalu benci perpisahan. Seperti hari ini. Gadis itu menangis. Membungkuk-bungkuk di depan saya dan terus mengucapkan terima kasih. Namanya Tina Yang. Dia adalah gadis berkebangsaan China yang bekerja di Surabaya sebagai instruktur Bahasa Mandarin. Kontraknya tak diperpanjang dan dia harus kembali ke negara asalnya besok pagi. Tina belajar gitar di lembaga musik yang tempat saya mengajar gitar. Sudah sejak awal saya tau dia begitu berbakat. Beberapa lagu permintaan Tina telah selesai saya ajarkan dan telah dengan baik ia kuasai di gitar klasik. Beberapa lagu seperti Ni Hen Li Wen dan Haoshang Haoshang adalah yang paling dikuasainya. 

Kamis, 04 Juni 2015

Menulis, Kenapa Nggak?


          Sejak 4 hari yang lalu, Nulisbuku Community  tengah mengumandangkan budaya menulis harian. Luar biasa program ini. Baru 4 hari sudah ratusan orang yang join. Menulis adalah proses penggalian konsep kreatif ide-ide. Ini adalah kegiatan yang mencerdaskan. Saya sendiri, walaupun bukan profesional di bidang kepenulisan, paling tidak saya mencoba untuk terus berproses kreatif melalui kegiatan ini. Tidak ada yang mau cepat tua khan? Dan menurut hemat saya, menulis sangatlah efektif menunda penuaan he he. 

Sabtu, 30 Mei 2015

Cerita Itu dan Gadis Misterius

Setelah sekian lama, burung parkit itu hinggap lagi di pohon yang sama seperti yang dihinggapinya kemarin. Serigala lapar yang tengah bersitirahat di bawah pohon itu, akhirnya tersenyum kembali mendengar kicauan parkit itu. Kicauan indah yang menyejukkan hati. Rasa lapar dan lelahnya mendadak hilang. Setelah terbang tinggi kemarin, serigala itu menangis karena harus merasakan pedihnya kesepian lagi. Dia sudah merelakan kepergian parkit itu hingga akhirnya burung cantik itu kembali lagi dan bernyanyi dengan kicauan khasnya seperti menjanjikan sesuatu.

Back To Write

                  
Hari yang sibuk. Itu alasan saya mengapa sering absen akhir-akhir ini. Malam itu kulihat tumpukan buku, penulisnya, Nugroho Nurarifin, Agatha Christie, Andrea Hirata, dan beberapa karya lama Ernest Hemingway. Rasanya belum selesai semua kubaca. Kulirik sesuatu di sebelahnya, kertas dan pena yang menggantung di ujung meja. Kusulut rokok terakhirku, sembari memandang langit berkabut di luar jendela. Rasanya aku telah cukup lama menyia-nyiakan waktuku menulis. Nampaknya ini saat yang tepat bergelut dengan kata-kata. Akhirnya kuputuskan juga. Buku pertama yang aku tulis adalah sebuah buku lesson gitar berjudul Improvisasi Jazz Pada Gitar sebagai kelanjutan dari buku pertamaku Guitarology. Buku itu sudah rampung kugarap bulan lalu dan sudah banyak dipesan orang dari beberapa teman di facebook dan twitter. Ya kalo ditotal sih udah lumayan lah bisa buat beli gadget baru he he...

Sabtu, 24 Januari 2015

Gelombang, Sebuah Isyarat Non-Visual

Beberapa hari yang lalu, seorang teman meminjamiku buku fenomenal yang saat ini paling dicari. Gelombang. Sekuel ke 5 dari seri Supernova Dewi Lestari. Di tengah kesibukan yang tiada henti, membaca buku itu seperti mereguk air kedamaian dari sebuah oase di tengah panasnya padang pasir. Begitu menyegarkan. Sajian demi sajian yang tertuang dalam tulisan Dee seolah menyadarkan kembali batin ini untuk terus menggali alam bawah sadar yang penuh firasat, isyarat, mimpi, harapan, halusinasi, fenomena, dan gelombang.