Pages

Senin, 04 April 2016

Dikotomi Hitam dan Putih


Ketika semuanya tiba-tiba berdebu, mengabu, maka yang senyap kemudian menjadi lenyap, dan yang gelap menjadi pekat. Hitam boleh jadi berarti gelap, namun hitam sebenarnya tak berwarna. Maka hitam bermakna bias. Sama dengan putih, yang berarti suci. Namun ia justru gampang bernoda. Yang jahat adalah hitam dan yang putih adalah baik. Jika dunia hanya tentang hitam dan putih, lantas mengapa harus ada warna.

Kenapa tidak hitam, atau putih saja. Namun hitam dan putih sama-sama berenergi. Bahkan lebih dari itu, mereka bersinergi. Karena yang putih dapat berangsur-angsur menghitam, sebagaimana dengan yang hitam saat berangsur-angsur memutih. Hitam dan putih hanyalah maknawi. Representasi hati. Hati dari manusia-manusia yang terlalu sering melihat warna dalam dunia. Warna yang terlalu lekat di mata mereka yang hanya memiliki dua warna saja; hitam dan putih. Mata fisik yang tak lebih hanya sebuah alat deteksi saja. Namun lebih dari itu, tanpa disadari, adalah mata hati yang lebih mampu menemukan makna-makna. Dan dengan mata hati itulah, sebenarnya manusia baru bisa mengartikan, bahwa hitam dan putih hanya memiliki satu makna saja. Bening.

0 komentar: