Pages

Sabtu, 06 Desember 2014

Seuntai Nada Buat Vee

Matahari masih tampak mengintip di balik serangkaian awan. Sinarnya menyelinap dari balik dedaunan. Menyisir setiap apa yang lewat di jalan itu. Sebuah jalan besar satu arah yang membawa orang-orang menuju sebuah bangunan megah dengan tulisan besar, “Universitas Ciputra”.

Di pintu masuk itu banyak mahasiswa yang lalu lalang. Beberapa tampak sedikit terburu-terburu. Ada juga sepasang mahasiswa yang tengah berjalan santai bersama bergandengan tangan sembari tertawa-tawa ringan. Di kawasan akademis yang menjulang tinggi itu, sebuah bangunan yang tampak sedikit lebih ‘mewah’ berdiri tegak di tengahnya. “Fakultas Magister Manajemen”. Seorang gadis tampak berjalan sedikit terburu-buru menuju koridor kampus. Rambutnya tergerai lurus sepinggang. Mengenakan T-Shirt dan blue-jeans sambil menenteng tas kecil di pundak kirinya. Kaca matanya tipis memberikan kesan smart yang akan membuat siapapun meliriknya.

Jumat, 12 September 2014

Abstraksi Sebuah Rancangan

Mengapa air mengalir, mengapa hujan turun ke bumi, mengapa burung terbang di udara, mengapa jantung selalu berdenyut, mengapa manusia bernafas, mengapa Buddha selalu tersenyum, dan mengapa matahari selalu muncul tiap pagi? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan retoris yang pada dasarnya tidak membutuhkan jawaban. Padahal disinilah letak poros dari kehidupan itu terletak. Ya, itulah rancangan kehidupan yang setiap waktu dan setiap detik selalu berjalan sesuai dengan kodratnya tanpa pernah melawan.

Minggu, 17 Agustus 2014

Cinta Monyet



Namanya Grace. Lengkapnya Anastasya Grace Widjaja. Aku bertemu dia belasan tahun silam. Tepatnya ketika aku masih duduk di bangku kelas 6 SD. Tak jelas kenapa aku sering terpancing untuk memperhatikannya kala itu. Bagi seorang anak bawang sepertiku, masih sulit mengartikan kata suka atau simpatik. Yang kutau, melihatnya bermain kelereng saja sudah membuatku senang. Kakakku bilang, waktu itu aku masih bocah monyet (u know, it’s a personal phrase yang artinya kurang lebih; anak bau kencur yang sedang meraba-meraba makna suka. Baca: cinta monyet). Masih tampak jelas, dia selalu berada di barisan paling depan tiap kali jalan bareng gengnya. Dia yang paling sering bercerita ketimbang mendengar cerita. Entah harus berapa kali teman-temannya itu mendengar cerita fiksinya, tapi pernah sekali aku mencuri dengar dan kutau bahwa satu kali duduk saja dia bisa bercerita 3 atau 4 fabel sekaligus. Nampaknya dia memang berbakat menjadi pendongeng. Salah satu cerita favorit karangannya adalah cerita tentang putri kerajaan yang dibuang oleh ibu tirinya dan diselamatkan oleh segerombolan binatang. Ia tumbuh dan besar bersama binatang itu hingga akhirnya bisa saling berkomunikasi. Akhir ceritanya adalah, sang putri, dengan bantuan teman binatangnya,   menemukan cinta sejatinya, seorang pangeran tampan yang mengendarai kuda putih. Setiap ceritanya selalu ada sisi magis. Iya, seperti aku yang selalu terkena daya itu, terhipnotis oleh tiap kata-katanya, ceritanya, ah mungkin lebih tepatnya suaranya. 

Rabu, 26 Maret 2014

Efek Dekat

Sudah sejak Januari lalu saya selalu berangkat kerja bareng istri. Berita baiknya, dia kini resmi berdomisili di Semarang setelah beberapa waktu lalu penempatan di Bogor. Berita tidak bagusnya, saya semakin kesulitan mencari alasan meninggalkan rumah seenaknya lagi. Pasalnya, dia tau persis seperti apa kegiatanku di luar. Pada awalnya, saya menikmati kebersamaan ini. Apalagi kadang ada giliran jaga. Biasanya setelah 20 menit berkendara, aku minta dia yang di depan, jadi aku bisa sambil ngantuk-ngantuk bonceng di belakang. Begitu juga ketika ada operasi di jalan, cukup dia yang tersenyum pada pak polisi lalu kami sudah bisa berjalan kembali. Betapa menyenangkannya ada dia. Ketika lelahpun, kita biasanya mampir dulu di POM, shalat maghrib dulu, cuci muka gitu, dan yang terpenting apapun yang kuinginkan, hampir semua dikabulkannya. Yang dulu biasanya aku harus berhemat karena kemana-mana sendiri, sekarang dengannya, aku seperti berjalan dengan mesin ATM. Dulu paling banter aku hanya berani mampir nasi kucing atau warteg untuk sekedar makan malam. Tapi sekarang, aku bisa memilih aneka macam masakan kuliner yang tersedia. Kadang bakso, sate, soto ayam, penyet, gule, semur ayam, beef steak, dan banyak resep mahal lainnya. Tambah lagi, aku bisa kapan saja order sebungkus Sampoerna Mild tiap kali istriku masuk ke Indomaret. Dan dengan bangganya dia akan keluar toko seraya bilang; “Mas, ini aku sudah dapat rokokmu!”. Seolah-olah rokok itu didapat dari hasil rayuan hebatku supaya dapat surat ijin merokok darinya. Setidaknya, itu yang mungkin dipikirkan orang yang lalu lalang.

Badut-Badut Protokol


Menjelang Pemilu April ini, banyak sekali perubahan yang terjadi pada tata kota kita. Lokasi lokasi yang biasanya terlihat sehat, tiba-tiba nampak meriah, riuh, penuh dengan reklame dan foto  sosok-sosok tak dikenal. Siapapun yang lewat jalur protokoler dan melihat foto-foto tersebut akan dengan spontan bertanya-tanya; “Alien dari mana ini. PeDe bener masang gigi di pinggir jalan begini...”. Pemandangan foto caleg, calon uleg, atau dalam istilah saya; 'badut-badut protokol'  itu berjejer berderet-deret dengan rapinya, dengan manisnya, dengan segenap wajah gembira yang nampak agak dipaksakan dari tiap posenya itu, sebetu;nya lebih nampak seperti peserta lomba model ketimbang kontestasi calon legislatif Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Banyak nama-nama yang muncul, baik dengan atau tanpa gelar. Sebut saja Joice Triatman, Yayuk Basuki, Siti Hendriyanti, Bambang Sadono, Eko Waluyo, Sulistyo, Nur Solikhin, Saneman, Mulyadi, Slamet Trianto, Suloyo, Wagiyo, Paino, Rukimin, Satino, Paijem, dan nama-nama  keren lainnya (maaf bila ada kesalahan penyebutan nama, itu semata-mata memang saya sengaja). Saking banyaknya, tiap kali berhenti di lampu bangjo, saya selalu berhitung, logo partai mana yang paling banyak tampil. Partai sapi, ataukah partai korupsi, partai Marcella Zalianty, ataukah partai banteng? Atau mungkin dari partai baru yang punya branding hewan lainnya? 

Senin, 03 Maret 2014

Hikmah Rusak

Sudah sebulan lebih grendel dalam pintu utama rumah saya rusak. Untuk bisa membuka pintu ini, hanya bisa dilakukan dari luar karena kondisi grendel yang luar masih bagus. Itulah mengapa hampir tiap pagi saya harus lompat keluar dulu lewat jendela kamar baru bisa membuka pintu dari luar. Pada kondisi semacam itu, saya harus berjuang mati-matian menahan rasa malu ketika tiba-tiba ada orang lewat yang melintas di depan rumah dan melihat dengan wajah aneh aksi saya itu. Mungkin mereka pikir, ekspresi wajah saya lebih mirip maling ketimbang pemilik rumah. Namun seperti Tyson yang semakin dipukul semakin kuat, rasa malu itu justru makin menipis seiring menebalnya muka saya karena sikap cuek yang saya pilih.

Terjebak Nostalgia

Dari judul diatas, saya tidak sedang mencoba mengenang tentang romansa masa lalu saya. Di tulisan ini, saya hanya mau sedikit berbicara tentang beberapa drama televisi yang pernah menjadi hit di masa-masa remajaku dulu. Kisah mereka sedikit banyak menginspirasi saya dalam menyikapi lika-liku masa mudaku.

Dawson’s Creek, Lupus, Ada Apa Dengan Cinta, Smallville, Mars.

Setidaknya itulah 4 film yang biasa menjadi tontonan wajibku sepulang sekolah. Jangan tanya musik apa yang sering kulihat dulu, semua program MTV hampir aku gak pernah absen nonton sepulang sekolah. Namun walaupun konsumsiku barat, tapi duniaku sangat-sangat Timur.

Rabu, 26 Februari 2014

Watak Hujan

Tidak ada yang menyangka bahwa hujan tahun ini akan begitu hebat. Derasnya air yang turun itu seperti biasa, menghadirkan banjir pula. Semua pihak dibikin kalang kabut karena pada prinsipnya selain banjir air, ada saja banjir masalah yang turut datang. Bahkan beberapa titik kota yang dulunya bisa dikatakan sebagai wilayah bebas banjir, justru tahun ini menjadi bulan-bulanan luapan air yang kirimannya datang silih berganti baik itu dari parit maupun sungai.

Kota kelahiran saya dulu misalnya, Kudus, menjadi kota genangan air yang porsinya bisa dikatakan hampir seperti sungai Bengawan yang tidak kunjung surut. Sebagai kota industri dan pariwisata, tidak terhitung sudah kerugian materiil yang terhitung. Dari mulai warga yang tidak bisa bekerja, perusahaan yang rugi karena produksi macet, para petani yang gagal panen, belum lagi sarana transportasi yang lumpuh karena akses masuk Kudus tertutup semua. Harga sembako mahal, tabung gas mulai sulit didapat dan sekali dapat, harganyapun meroket. Kelangkaan bensin dan pusat-pusat perbelanjaan yang tutup menjadikan kota Kretek ini bagai Kota Atlantis yang tinggal menunggu nasibnya tenggelam di lautan.

Selasa, 07 Januari 2014

Cinta Dalam Sebungkus Nasi Kotak

Aku berjalan cepat menuju ruang kelas. 10 menit lagi mata kuliah Kalkulus akan dimulai dan aku ogah berurusan dengan bu Intan dosen yang gak kenal kompromi itu.

“Panji! Hoii Panji...!!” sebuah suara yang kurasa tidak asing memanggil-manggil dari arah belakang. Kutoleh, ternyata Toni sedang berlari mengejarku. Dia temen nongkrongku, cuman beda jurusan. “Eh ada apa Ton...?” tanyaku sambil berjalan agak pelan.
“Sebentar, kamu mau masuk khan? Aku juga kok. Ini lho ada titipan lagi...” Tony berkata sembari menyodorkan sebuah kotak nasi bungkus berwarna hijau. “Hah!! Lagi??” aku sedikit kaget mengingat sudah 2 minggu ini Tony memberikan kotak makanan misterius yang lezatnya tiada tara itu. Tony hanya bilang itu dari seorang cewek, tapi dia gak mau bilang siapa.
“Eh Ton, gak salah? Aku malah jadi gak enak sendiri nih...” kataku
“Tenang Panji. Aku hanya menjalankan amanat dari Tuan Putri. Jangan tanya kenapa?” jawab Tony seperti biasanya.
“Tapi Ton, masa aku makan sarapan tiap pagi dari orang yang gak kukenal, dan dengan cara yang aneh seperti dititipkan lewat cowok freak macam kamu gini?” aku makin nyolot.
“Udah kamu bawa aja... Habisin ya.... Dia masak spesial buat kamu lho hari ini...” Tony menggodaku.
“Eh Ton, kamu beruntung ya aku sedang terburu-buru, kalo enggak, ku gembosin itu perut buncit!” tukasku mantap.
“He he... Seperti biasa ya nji, ntar jam 11 selesai mata kuliah kedua kutunggu di Taman kampus. Kamu kasihin lagi bungkusnya itu ke aku... Jangan telat!!”
“Kenapa emang?” tanyaku penasaran
“Soalnya setelah sekian lama, Tuan Putri itu akan muncul nanti... Dia akan menampakkan diri... Qiqiqiqi...” jawab Tony mulai aneh
“Iihh... Kamu ini... Oke beneran lho tapi?! Ntar langsung ke sana deh aku... Makasih ya Ton...” sahutku riang.