Pages

Kamis, 10 Maret 2011

Matinya Revolusi Ideologi

 Sejauh manusia menancapkan kuku-kukunya di sudut-sudut peradaban dunia selama berabad abad, selalu ada kebutuhan akan suatu keyakinan. Mulai jaman kegelapan yang dimulai dengan adanya konsep ketuhanan Dewa Ra, manusia sudah berusaha menciptakan suatu paham kepercayaan yang hakekatnya sangat prinsipil sekali. Konsep yang selanjutnya dalam terminologi modern disebut ideologi ini, menuntut adanya pembuktian kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya, dengan berbagai jenis lelaku sosialnya,manusia belajar untuk lebih memahami arti kehidupan. Di tengah-tengah hegemoni sosial yang semakin maju, muncullah nama-nama besar yang menjadi poros tengah pemikiran peradaban pada setiap masa. Socrates, Plato, dan Aristoteles hadir di tengah masa-masa kejahiliyahan Yunani. Ia memberikan sumbangsih pemikiran yang terlampau maju pada zamannya. Pendapatnya mengenai jiwa manusia yang hidup dalam raga ini,dan segala tesisnya mengenai metodologi matematis ilmiah, ditolak mentah-mentah pada masanya. Walhasil, kerajaan memutuskan mengeksekusi Socrates di tiang gantung. Ini adalah bukti bahwa pembaharu peradaban yang membawa ideologi kehidupan, tidak selalu harmonis dengan zaman dimana ia hidup.


Sidharta Gautama memperkenalkan risalah sang Budha setelah perjalanan sucinya menapaki kehidupan yang serba kotor ini. Ia sadar, di tengah gelapnya langit, ada jutaan bintang yang memberikan sinarnya tanpa kenal lelah. Ia hanya berusaha mencarinya di dunia yang fana ini. Swami Vivekanda juga salah satu pencari sinar langit itu yang juga pembawa ideologi religi. Kita mengenal adanya zaman kecerdasan manusia, zaman Renaissance. Di zaman ini, muncul puluhan nama-nama besar seperti Leonardo da Vinci. Sampai sekarang tidak ada yang mampu menandingi kejeniusannya dalam ilmu seni dan budaya. Könsep kemanusiaan yang dibawanya juga sangat maju. Sayang, sampai sekarang kabar kematiannya masih menjadi misteri. Walaupun ada keterkaitan dengan isu konflik Persaudaraan Ular dari kubu Zionis, namun tidak bisa dipastikan apakah dia terlibat didalamnya. Walau begitu, lukisan Monalisa merupakan saksi bisu sejarah perjuangan kemanusiaan Leonardo da Vinci yang sarat dengan kontroversi itu. Pada masa yang sangat berdekatan, muncul pula nama-nama seperti Ibnu Sina, El Farabi, Abunawas, Imam Abu Hanifah,Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani sampai Imam Al Ghazali dan Hasan Al Banna. Mereka hadir dengan Ideologi Islam khas Timur Tengah. Mereka melanjutkan perjuangan sesepuh pendahulunya, Nabi Muhammad SAW. Mereka menuntun masyarakat Islam Madani pada waktu itu dengan etika humanisme ke-Islaman. Kemajuan peradabanpun terwujud di Timur Tengah. Perdagangan, ekönomi, sistem pemerintahan hingga seni dan kebudayaan dapat termanajemen dengan sempurna hanya dengan sebuah ideologi walau pada kenyataannya terkotak kotak menjadi beberapa madzhab aliran. Itupun karena tingkat ketaatan iman dan kehati-hatian penafsiran terhadap literasi kitab suci mereka. Kala itu pula, di Tanah Jawa merupakan basis perkembangan ideologi Islam yang dipelopori oleh Wali Songo. Perkembangan ideologi ini cenderung membuat surprise masyarakat luas lantaran Ideologi Semar Kejawen dan Hinduisme-Buddhisme masih melekat di dalam rel pemikiran mereka. Maka tidak salah jika sebuah nama muncul di permukaan dengan membawa ideologi akulturasi Islam-Jawa. Dialah Syekh Siti Jenar. Satu-satunya orang yang memiliki Ideologi Islam Kiri.Banyak rakyat yang akhirnya memihak pada dia, lantaran lebih cocok dan lebih bisa diterima pada waktu itu. Ia juga yang merekomendasikan adanya Pemilu langsung oleh rakyat. Bukan dari kalangan keluarga kerajaan. Sayang, ia pun harus mengakhìri hidupnya dengan eksekusi dari para pembesar wali songo. Selalu ada yang harus dikorbankan dalam setiap pembangunan. Itu adalah harga mati bagi sebuah birokrasi kepemerintahan. Sudah bukan hal yang aneh lagi jika yang berkuasalah yang menang. Ideologi sebagai sebuah prinsip hidup dan nilai-nilai idealisme manusia telah membawa masyarakt majemuk ke sebuah ranah prinsip tunggal yang harus diyakini sebagai kebenaran, walau terkadang dilakukan dengan intimidasi, vandalisme, dan pembunuhan. Bagi penguasa yang menggunakan hak otoritasnya dalam suatu tirani, pemusnahan ideologi baru adalah hal yang mutlak harus dilakukan. Karena, nyamuk yan sudah mengganggu memang harus dibasmi.
Di era perang dingin revolusi ideologi juga banyak terjadi di berbagai belahan dunia. Di Rusia, Lenin memberikan banyak sumbangan pemikirqan bagi perkembangan bangsa komunisnya. Seperti halnya Hegel dan Karl Marx yang kemudian menjadi tokoh terbesar dalam sejarah komunisme Rusia dan memberikan perkembangan pembaruan ideologi dunia. Kaum revivalis semacam ini, pada dasarnya berhasil membangun ideologi baru karena memiliki kedekatan dan hubungan yang baik dengan dunia aristokrasi. Namun lain halnya dengan mereka yang menjalankan prinsip idealismenya di arus bawah dan sangat jauh dari borjuisme. Apabila totalitas mereka tidak signifikan, maka tiang gantungan atau pelor prajuritlah yang akan berbicara terakhir kali. Che Guevara adalah salah satu contoh paling jelas yang dapat kita saksikan. Ia adalah militan revolusi Kuba yang sangat dikagumi dan diegani oleh kawa maupun lawan. Namun karena perilaku ideologinya yang terlalu berseberangan dengan pemerintah, maka ia pun harus berakhir dengan peluru prajurit setelah sebelumnya bertempur sengit dalam sebuah gerilya di hutan belantara. Sungguh kematian yang terhormat. Walaupun sahabat karibnya yang juga sama-sama berjuang dengan tujuan yang sama Fidel Castro berhasil memimpin Kuba selama berpuluh-puluh tahun, namun kesuksesan itu harus ditebus dengan pengorbanan darah sang pejuang terbaik Kuba Che Guevara.
Hal yang sama juga terjadi di Tanah Air. Tan Malaka adalah pelopor pemikir dan negarawan yang teramat liberalnya. Pada masanya ia banyak menyentuh wilayah agama, kenegaraan, politik, sosial, hingga seni dan budaya. Ia adalah salah satu jenius terbaik yang pernah dimiliki bangsa ini. Sayangnya kedewasaan berpolitiknya membuat resah pemerintah ketika itu. Dan anehnya sampai sekarang tidak seorangpun yang tau dimana keberadaannya atau mungkin mayatnya. Meskipun begitu, bukunya yang paling kontroversial berjudul “Madilog” kini baru dapat dinikmati setelah era reformasi. Nazi, adalah bukti nyatakemenangan suatu ideologi yang berjalan dari akar hingga ujung. Walaupun ideologi yang aa padanya mengundang adanya unsur sara’ dan vandalisme namun perjuangan sang tokoh pembaharuannya Adolf Hitler, sangat dikagumi oleh banyak kalangan. Karena jalur yang ditempuh itulah yang membuat Hitler menjadi sangat powerful dan sangat disegani di dunia. Ia berada di tengah-tengah penguasa yang radikal kala itu. Seperti Benito Mussolini di Italia, dan Mao Ze Dong di Jepang. Pemerintahan mereka banyak mempengaruhi paradigma interaksi dunia Internasional. Itulah sebabnya pada masa-masa perang dingin banyak negara-negara yang memliki pemimpin yang otoriter, bertangan besi, dan radikal. Inilah yang terjadi memang. Ideologi memiliki arti penting bagi eksistensi suatu bangsa. Dan revolusi ideologi adalah suatu keniscayaan.
Sungguh ironis. Manusia memang memiliki kemampuan menggunakan akal, logika dan nalurinya. Namun terkadang mereka terjebak dalam posisi ketika bertemu dengan pedang penguasa. Sebenarnya, hal mendasar yang ingin  mereka sampaikan ialah bahwa manusia adalah mati jika terbungkam, bahwa manusia adalah cerdas jika bebas berideologi,  dan bahwa manusia adalah buta tanpa ideologi. Mungkin tersebut telah cukup memberikan penjelasan bahwa banyak sekali fakta tentang terjadinya revolusi ideologi. Mereka mencoba membuktikan kebenaran dengan caranya masing-masing. Sayangnya pedang penguasa jauh lebih tajam dari lidah perjuangan mereka. Membuat dunia yang kita diami ini hanya dipenuhi dengan ideologi-ideologi yang statis, yang tak mampu menerima kemajuan peradaban, stagnan tak bergerak, bahkan terasa sempit. Membuat manusia semakin terkurung dalam penjara ideologi yang telah dibangun sejak lama, dan hanya mampu pasrah, dan pasrah…

0 komentar: