Pages

Kamis, 10 Maret 2011

Puitisasi

Langit
Dimana langitku yang selama ini kukenang. Ia telah hilang. Langit yang selalu ada ketika dunia ini damai tanpa gemuruh suara alam yang menolak akan kebrutalan manusia. Alam ini menjerit pedih. Meraung-raung akan anarkisme dan vandalisme yang dilakukan manusia. Langit yang sekarang, hanyalah menjadi saksi bisu arogansi umat manusia yang selalu membuat kesewenang-wenangan di kaki langit ini. Ia terlalu agung untuk menyaksikan kenyataan ini. Terlalu hening untuk bersikap. Juga terlalu suci untuk berang. So, I want my sky. But, where is my sky, yang selalu memberiku ketenangan dan kedamaian saat aku melihatnya. Ternyata jiwaku kini tak mampu lagi untuk melihat indahnya langit, karena kotornya tempat yang aku singgahi ini.



Kita
Hari berganti, bulan berlalu,tahun berganti, dan musim bergilir. Manusia kian memenuhi jagad kehidupan ini. Bukannya semakin sedikit, jumlah populasi manusia semakin padat. Dengan kondisi yang demikian ini, seharusnya kehidupan sosial akan semakin membaik. Namun sayang, semakin sesak dunia yang kita diami bersama ini, justru semakin membelokkan cara pandang mereka. Bukan jiwa sosial lagi yang berkembang, namun jiwa individualistis yang berlebihan. Sudah tidak ada lagi kepedulian dalam hal apapun, terutama dalam kemanusiaan. Sikap egosentris yang berlebihan inilah yang akhirnya memunculkan berkurangnya nilai-nilai perdamaian dan kesetiakawanan sosial. Disadari atau tidak, dengan jumlah manusia yang tak habis untuk di hitung ini, kita sebenarnya telah hidup sendiri di dunia ini.

0 komentar: