Pages

Sabtu, 27 Juni 2015

Sengsara Membawa Nikmat

Hari ini adalah hari yang terberat buat lelaku puasa saya. Sedari tadi malam saya belum tidur karena nyeri yang tak kunjung henti di gigi. Setelah sahurpun saya coba menutup mata apadaya masih juga tak mau. Akhirnya saya berangkat kerja dengan mata ngantuk. Karena ada jadwal checking alat band di Surabaya Musik dan Melodia Musik, maka mau gak mau dengan mata sayu dan gigi hingga kepala yang terus cenat-cenut, saya harus tetap berangkat. Untuk menghindari rasa kantuk, sengaja saya berkendara ngebut. Selain memacu adrenalin ngebut juga membantu membuka mata ini lebar-lebar, walau panas terus manampar namun tetap  hebat semangat ini berkobar.

Setelah selesai semua tugas, saya merasa tiba-tiba ada beban yang menggelayuti tubuh. Saya hampir jatuh pingsan ketika berjalan menuju parkiran motor. Tenggorokan saya begitu kering kerontang, persis seperti padang pasir di belahan bumi bagian Arab yang dipenuhi unta-unta. Namun saya batal pingsan karena linu dan nyeri di gigi geraham justru semakin terasa menguat tiap kali melemas tubuh ini. Saya kumpulkan sisa-sisa tenaga yang ada hingga akhirnya terbersit sebuah ide untuk mampir ke toko buku, siapa tau kerinduan saya pada buku tersebut justru akan mengobati semua pedih ini.

Di Jalan Ngagel Jaya, saya berhenti di Uranus. Sebuah toko buku asyik di seberang jalan. Seperti kehausan dengan karya sastra dan literasi, mendadak kekuatan dan energi saya kembali meraga. Saya lihat dan baca hampir semua karya baru. Beberapa juga saya bawa pulang seperti Koala Kumal-nya Raditya Dika, dan Istana Kedua-nya Asma Nadia. Selain itu tentu seperti kebiasaan lama, saya juga akan berburu beberapa buku terbitan lama yang tersimpan di stockist. Setelah berberapa cek dan ricek, akhirnya inilah buku berikutnya yang saya beli; Nothing to Fear oleh Matthew D' Ancona, I Ordered My Wife From The Universe oleh Stanley Dirgapradja, Surat Buat Themis yang ditulis oleh penulis paling senior Indonesia, dimana karyanya paling banyak difilmkan, Mira W., dan tentu tak lupa juga saya sambar sebuah epos lama milik 'Ratu Misteri'; Agatha Christie, yang berjudul Problem at Pollensa Bay, dimana kali ini bukan Hercule Poirot atau Miss Marple yang menjadi bintangnya, melainkan si pembaca aura, Parker Pyne.

Tanpa saya sadari sayapun seketika lupa jika kondisi badan sedang tidak fit. Namun dengan buku-buku itu di genggaman saya, semuanya terasa ringan. Saya tidak sabar ingin segera berkelana bersama para penulis-penulis itu malam ini, siapa tahu akan saya temukan inspirasi dan ide-ide untuk novel saya nanti.

Bagaimanapun, pengalaman hari ini telah membuka wawasan baru bagi saya, bahwa sebagaimanapun rasa sakit itu, tidak akan terasa bila kondisi hati dan jiwa selalu tersenyum dan bergembira. Tersenyum ramah pada kenyataan, dan bergembira menyambut hidup ...

0 komentar: