Pages

Sabtu, 27 Juni 2015

Aku dan Piano

Music is in my blood. Itu yang selalu saya katakan kepada mereka yang kerap bertanya; kenapa saya begitu menggilai dunia musik. Saya kemudian berkata bahwa dengan bermusik saya telah berhasil membuat hidup ini lebih bergairah, hari hari saya terasa istimewa, dan perasaan ini selalu bergembira. Sejak kecil musik telah begitu lekat dengan kehidupan saya, walaupun orang tua dulu tak pernah mendukung, namun saya kemudian membuktikan bahwa musik memberikan saya segalanya. Kekuatan, cinta, sosial, ekonomi, popularitas, dan yang terpenting, keberanian. Itulah mengapa saya tak pernah menganak-tirikan alat musik. Saya pelajari semuanya; drum, piano, gitar, bass, biola, bahkan seruling. Saya lebih suka disebut musisi ketimbang penyebutan salah satu instrumen seperti drummer, atau pianis, gitaris atau yang lainnya. It sounds maturer.

Piano adalah salah satu instrumen yang saya sukai sejak kecil. Namun entah mengapa baru di Surabaya inilah kedekatan emosional saya dengan piano kembali tumbuh. Saya selalu ingin memainkan instrumen itu. Jika sehari saja saya tak menyentuhnya maka saya akan merasa bersalah. Kami seperti teman lama yang dipertemukan kembali. Tiap kali saya memainkan sebuah komposisi, kami seperti tengah bercengkrama panjang lebar tentang indahnya hidup. Saya nikmati betul waktu-waktu seperti itu. Apapun perasaan yang tengah melanda,  yang  jelas bersama piano itu, saya tidak pernah merasa sendiri lagi .....

                                                Thanks God for the piano gift!


1 komentar:

diditlinguist.blogspot.com mengatakan...

Interesting post, very inspiring