Pages

Jumat, 03 Juli 2015

Bijak Berdakwah

Di hari Jum'at ini, seperti biasa saya hanya bekerja setengah hari. Saya pulang pukul 11.00 dan langsung pulang untuk kemudian bersiap melakukan shalat Jum'at di masjid sebelah. Acara shalat Jum'at berlangsung lancar tanpa kendala berarti. Semuanya baik-baik saja ketika kemudian mata saya tertuju pada selembar kertas putih, sebuah buletin 4 halaman, jurnal dakwah sebuah lembaga yang sudah sangat sangat lama sekali tidak saya baca.

Yang membuat saya tersentak kaget, bukan karena baru saja melihat buletin itu setelah lama tak menemukannya, tapi lebih karena kaget melihat orang-orang yang dengan cueknya lalu lalang, dan kadang tidak sengaja (kalau tidak bisa disebut sengaja) melindas kertas-kertas itu dengan motornya. Melihat ketidakadilan itu, sontak saya langsung berlari menyelamatkan kertas-kertas itu. Saya jumputi semuanya, saya ambil, dan kumpulkan menjadi satu, lalu setelah melihat takmir masjid melakukan hal yang serupa, saya akhirnya bawa pulang kertas-kertas itu. Tentu saya tidak ingin membuatnya repot dengan memberinya kertas-kertas yang dia sendiri bisa jadi bingung akan menyimpan dimana. Namun ikatan yang terjadi antara saya dan sbuah ciptaan bernama kertas, membuat saya tidak tega melihat kertas-kertas dipenuhi tulisan itu bertebaran di sana-sini.

Buletin itu sebenarnya buletin mingguan yang selalu terbit tiap Jum'at dan di bagi secara gratis sebagai media dakwah saja. Bagi saya sendiri, dakwah yang menjadi landasan syiar mereka adalah dakwah yang menggugah dan mencerahkan. Kalo tidak bisa dibilang provokatif siiihh... He he .... Namun bagaimanapun, dakwah dengan metode apa saja, tentu memiliki landasan normatif. Dan semuanya selalu diawali dari niat beribadah. Tentu perlu kita apresiasi upaya tersebut. Hanya saja, upaya apapun itu, harus memiliki asas berimbang. Solutif dan mencerahkan. Bukan justru memberikan masalah lain. Karena memang itulah yang saya lihat tadi. Yaitu karena saking banyaknya orang-orang kita yang apatis terhadap solusi religi, akhirnya mereka cenderung mengabaikan metode dakwah semacam itu, selain juga karena faktor minat baca yang rendah mungkin. Nah, fenomena kertas jatuh tadi, adalah salah satu buktinya. Bisa jadi ini hanyalah masalah 'kemasan'. Bagaimanapun juga, itu adalah hal yang harus diantisipasi oleh pihak lembaga dakwah manapun. Karena kita semua paham betul, bahwa di tiap-tiap buletin itu ada ayat suci Al-Qur'an yang bahkan, menjatuhkannya saja sudah dilarang, apalagi menginjaknya! 

0 komentar: