Pages

Sabtu, 11 Juli 2015

Mereka Yang Menginspirasi

Dalam hidup ini ada banyak orang yang menginspirasi saya. Beberapa akan saya sebut dalam tulisan ini. 
 
Di Jakarta, 2013 lalu, saya bertemu dengan seorang musisi yang sedang menjadi bahan perbincangan saat itu. Namanya Jack Thammarat, seorang gitaris dari Thailand dan Mr. Guitar Idol 2009 yang juga pernah menjadi project player untuk Tetsuo Sakurai dan Akira Jimbo. Kami akhirnya memiliki quality time di Jakarta Guitar Festival setelah sebelumnya mengatur jadwal. Kami telah cukup lama berteman baik mengingat saya sering mempublish banyak hal tentang dia si situs saya, guitaronsky.asia. Apa yang dikatakannya masih terngiang dalam benak saya. “Music makes us happy. And happiness brings us all the life. Do what you like too. Don’t stop your creativity just because you’re getting burdened by things like family, needs, or boringness. Make yourself valuable to others by being creative.” Akhirnya, saya tahu, betapa Jack ini tetap menjaga kreativitasnya agar terus eksis bermusik. Satu hal yang sering dilupakan oleh orang-orang yang sok sibuk seperti kita.

Di bidang yang sama saya juga bertemu dengan beberapa orang hebat yang mendedikasikan dirinya untuk musik, cenderung lebih ke pendidikan musik bahkan. Mas Poncho adalah salah satunya. Dosen IKJ ini banyak menginspirasi saya tentang bagaimana beliau mendidik mahasiswa dan murid-muridnya. Mas Poncho juga mendirikan Wong’s Music dan Guitar Dojo sebagai sarana melatih dan menggembleng para musisi-musisi muda agar menjadi kebanggaan di masa depan nanti. Mas Hari adalah sosok berikutnya. Bisa dikatakan dia telah membuktikan bahwa hidup dengan salah satu fokus bidang itu bukanlah pilihan yang salah. Menjadi guru gitar adalah profesi yang mampu memberikan banyak hal bagi seorang mas Hari. Earnings, friends, status, and a happy family. Alumnus Universitas Airlangga ini, sebenarnya bisa saja memilih pekerjaan konvensional lainnya yang lebih menjanjikan. Namun beliau adalah satu dari sekian orang yang percaya bahwa when you do what you like, then you’ll get what you want. Nama lain dalam bidang ini adalah seorang legend di Surabaya yang dengan tangan dinginnya, sebuah moving event gitar muncul secara indie dan disitulah muncul bibit-bibit baru unggulan yang siap menggapai impian; Guitar Warbler. Namanya mas Bagus. Dia adalah seorang akademisi di program Pasca Sarjana ITS. Namun kecintaannya pada gitar tak pernah sekalipun surut. Banyak sudah karya yang dihasilkannya sebagai bukti bahwa kreativitas tidak pernah lekang oleh waktu. Mas Bagus juga teman ngopi saya. Too many cool things floated around the table everytime we met. It’s just awesome to have him in my circle. :)
 
Sosok berikutnya adalah bu Khanis Selasih. Pengasuh Komunitas Penulis Kreatif yang sudah menerbitkan puluhan buku karyanya termasuk cerpen, novel, puisi, dan antologi. Kebetulan kemarin saya juga bertemu beliau. Saya bertemu di rumah beliau di daerah Rungkut untuk mengantarkan surat undangan sebagai pengisi workshop kepenulisan yang akan diadakan Oktober nanti. Saya tak mengira beliau adalah seorang yang ibu rumah tangga yang sederhana dan pribadi yang begitu menyenangkan. Saya melihat kecintaannya menulis dijadikan sebagai media mengisi waktu luang di tengah-tengah mengurus suami dan tiga orang putranya. Bu Khanis adalah penulis yang berbakat. Saya beli 2 bukunya langsung kemarin. Jurnal Sastra Aksara edisi 5 dan sebuah kumpulan cerpen Kemilau Dunia. Uniknya, ketika saya tanya siapa penulis yang selama ini mempengaruhinya, beliau mengaku tidak mengikuti gaya kepenulisan siapapun. Semuanya betul-betul orisinil. Muncul dari dalam diri beliau. Saya kemudian merasa bahwa menjadi diri sendiri memang pilihan yang terbaik. Dan telah dibuktikannya hal itu. Beliau juga sempat sharing tentang jatuh bangunnya menjadi penulis and how to deal things with the publishers. Kekuatan dan keberanian untuk melangkah maju dari seorang wanita muslimah, kemudian nampak jelas terlihat dari beberapa kisah beliau. Diam-diam saya mulai mengagumi figur yang baru saya temui itu. 
 
Saya merasa, ternyata banyak orang yang tidak merasa apa yang mereka lakukan sangatlah berarti bagi orang lain, seperti mereka yang namanya saya sebut di atas. Banyak orang pula yang merasa tidak perlu melakukan apapun untuk orang lain, mereka cukup melakukan apapun untuk dirinya sendiri. Dan yang terakhir iniilah yang kebanyakan terjadi pada kita. Melalui tulisan ini saya ingin menyegarkan kembali pandangan umum, bahwa orang yang paling berharga adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Saya kemudian teringat dengan kutipan lama berikut ini; “The things you do for yourself are gone when you are gone, but the things you do for others remain as your legacy.”  Sekarang pilihan ada di depan mata anda. Silahkan ambil salah satunya dengan bijak. :)