Pages

Rabu, 08 Juli 2015

Taylor Swift Versus iTunes


Siapa yang tak kenal Taylor Swift. Penyanyi muda berbakat dengan belasan penghargaan yang Juni lalu menarik perhatian dunia karena geger yang terjadi antara dia dengan portal streaming music terbesar, iTunes. Saya melihat ini sebagai hegemoni Apple dengan iTunesnya yang mulai terkikis oleh adanya sikap heroic para pelaku di industri. Masyarakat selalu responsif dan kemudian muncul bermacam support dengan berbagai bentuknya.

Sang pop star menahan musiknya untuk di live streaming-kan di Apple's new music streaming service, di iTunes, dimana dia berargumentasi bahwa free trial yang ditawarkannya akan membuat para musisi kehilangan sebagian keuntungan yang seharusnya mereka dapatkan.

Jon Skillings dari Cnet.com mengutarakan kronologinya seperti ini, “On Sunday, Taylor Swift said that she will withhold her album "1989" from Apple's new streaming-music service, which launches on June 30. At its debut, Apple Music will come with a three-month free trial offer, and it's that freebie that has Swift up in arms.”

Dan ini yang dikatakan Swift dalam menjelaskan sikapnya tersebut; “Apple Music will not make payments to musical artists, writers or producers. She called the policy "shocking" and "disappointing" from a company that been more generous in the past, and urged Apple to change its plans.”

Di Tumblr, begini dia menambahkan; "Three months is a long time to go unpaid, and it is unfair to ask anyone to work for nothing."
Saya bergetar membaca pernyataan Swift tersebut. Betapa besar musicianship yang dimilikinya. Begitu lantang ia menyuarakan hati nurani para musisi dunia yang mungkin telah lama jenuh menjadi victim iTunes. Dia seperti mewakili seluruh perasaan para musisi dan artis jebolan iTunes.
Setelah pernyataan Swift, dan berbagai dukungan dari para fans, maka bos Apple media, Eddy Cue memberikan tanggapannya; “#AppleMusic will pay artist for streaming, even during customer’s free trial period.” 
Dukungan terhadap aksi Swift terus bermunculan, dan berikut adalah salah satu dukungan terhadap Swift yang baru-baru ini saya baca di twitter; “Taylor Swift’s “1989” album will be available on Apple iTunes. The vendor, Apple, will pay the artists during free trials. Way to go Taylor!”. Ada semacam kebanggaan menjadi fans Swift yang saya lihat disana. Sebuah kebanggaan dan kekaguman dimana, selama ini ia tidak salah memberikan dukungannya, bahwa Taylor Swift adalah seorang Humanist, True Music Fan, and once more, The Real Hero!

Sebetulnya, siapapun sepakat bahwa iTunes telah lama mengebiri hak banyak musisi dengan free service-nya, dan tentunya, tidak hanya satu dua orang saja yang pernah protes. Namun ketika seorang Taylor Swift dengan segala keberaniannya maju dan menyatakan perang, maka siapa yang tak bakal ciut? Maka ditengah gersangnya perjuangan melawan tirani, Taylor Swift hadir dan kembali mengingatkan kita semua, akan pentingnya sebuah keberanian dalam hidup.

0 komentar: