Pages

Rabu, 08 Juli 2015

Menulis Sebagai Terapi Jiwa


Saya tak ingat pernah bermimpi untuk menjadi penulis. Tetapi hasrat menulis? Itu baru ada. Saya ingat betul ketika guru Bahasa pertama saya, bu Tutik, menyuruh seisi kelas untuk menulis apapun, saya menulis cerpen paling panjang. Hampir separo buku Sinar Dunia kala itu. Bahkan setelah itu saya jadi sedikit keranjingan menulis, sampai-sampai pernah saya menulis cerpen fiksi yang paling ‘lugu’ setelah seringnya membaca cergam Street Fighter. Saya pamerkan ke kawan-kawan buku saya itu, dan kebanyakan dari mereka tidak tertarik. Mungkin bukan jelek cerita atau tulisannya, melainkan karena minat baca mereka yang memang rendah. Namun semenjak saya bermain musik, rasanya hasrat itu mendadak hilang. Sebuah kenyataan bahwa eksistensi kata  tergantikan oleh nada. Namun ternyata itu hanya bersifat sementara. Seiring dengan hobi membaca buku dan surfing internet yang gila-gilaan saya kembali menjadi penggila kertas dan pena. Saya tulis apapun yang ingin saya tulis. Sambil menyelam minum air kata orang. Sembari curhat, juga melatih diri. Maka saya terus menulis sampai sekarang, dan alhamdulillah sudah 3 buku terbit serta sebuah blog kebanggaan saya; guitaronsky.asia, masih berdiri tegak di bidang musik sampai hari ini.

Saya pikir, menulis bukanlah hal yang harus dimaknai sesuatu. Saya sendiri merasa menulis dapat meningkatkan gairah. Terlebih lagi, menurut pengalaman saya, menulis (dan membaca tentunya) membantu kita untuk berfikir lebih terstruktur dan metodis. Ketika beberapa kali saya diundang untuk menjadi pembicara atau pemateri misalnya, saya selalu tampil percaya diri. Kenapa? Karena terbiasa berfikir secara sistematis. Sehingga outline yang kita buat, akan terurai dengan baik. Ya…., kadang-kadang bolehlah sedikit berimprovisasi, he he ….
Di jaman berinternet sekarang ini, profesi apapun akan lebih baik jika ditunjang dengan kemampuan menulis. Dalam sejumlah bidang termasuk komunikasi, media, penyiaran, web, hiburan, manajemen, pendidikan, dan banyak lagi, kemampuan menulis kreatif telah menjadi semacam tuntutan. Hal tersebut dipercaya dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, berkomunikasi dan menciptakan iklim persuasi yang efektif. Menulis kreatif adalah keterampilan yang berharga bagi para profesional di hampir semua sektor pasar, yang mengapa beberapa perusahaan dan organisasi mendorong karyawan mereka untuk memiliki kompetensi ini. Maka tidak jarang kita melihat Workshop atau In-House Training yang dilakukan di perusahaan dan organisasi lainnya.
Beberapa malah sudah memiliki medianya sendiri. Para guru misalnya, mereka yang tergerak menulis mendirikan beberapa portal sebagai media beropini dan berkarya mereka. Misalnya, koranpendidikan.com dan penagurumenulis.com. Ada juga parade dokter yang gemar menulis di blogdokter.com. Para manajer juga seperti tidak mau ketinggalan dengan budaya tulis menulis ini, seperti yang bisa kita lihat di strategimanajemen.net, konsultan-bisnis.com atau di manajemen-strategi.com. Para profesional ini seolah tak pernah lelah membagikan ilmunya pada orang lain. Satu hal yang betul-betul patut kita apresiasi.
Saya pribadi juga percaya, bahwa menulis merupakan instrumen pengembangan diri yang dapat meningkatkan kepribadian seseorang. Seorang pakar kesehatan di sebuah artikel lama kompas pernah menyatakan begini, Menulis itu menyehatkan. Menulis bisa mengalirkan endapan kepiluan, kemirisan, kedukaan akibat goncangan pengalaman hidup yang bertubi-tubi. Menulis adalah ungkapan paling jujur bagaimana endapan itu dialirkan. Ajaib, menulis itu menyembuhkan.’
Selain itu, dari segi kesehatan menurut Baikie dan Wilhelm (2005) yang menjelaskan manfaat jangka panjang dari menulis dengan metode expressive writing, antara lain meningkatkan dan memperbaiki suasana hati, fungsi sistem imun, fungsi paru-paru (terkhusus penderita asma), kesehatan fisik dan nyeri (terutama pada penderita kanker), fungsi hati, dan lain sebagainya.
Selain itu ketika menulis sudah menjadi hobi maka ada semacam sensasi yang tak terkira nilanya. Oscar Wilde adalah satu dari sekian banyak orang yang telah membuktikannya. Ini katanya; “I never travel without my diary. One should always have something sensational to read on the train.”
Menurut Maud Purcell, seorang ahli kesehatan dan kontributor di psychcentral.com, setidaknya ada 5 hal yang menjadi manfaat dalam journaling (kebiasaan menulis catatan harian). Dia berkata, “Writing removes mental blocks and allows you to use all of your brainpower to better understand yourself, others and the world around you. Begin journaling and begin experiencing these benefits”:

1.     Clarify your thoughts and feelings. 
Hal ini yang banyak dikatakan para penulis, dimana disinilah kita akan mampu berkomunikasi dengan dunia dalam diri kita (internal world).

2.     Know yourself better.
Seseorang akan paham tentang situasi sosial dan opini orang-orang tentang kita (melalui tulisan kita tentunya) it’s such an important information for your emotional well-being.

3.     Reduce stress. 
Curhat tentang rasa marah, rasa galau, dan semua hal emosional lainnya paling tidak mampu mengurangi intensitas perasaan-perasaan itu. Jadi, menurut saya, by doing so, you will feel calmer and better able to stay in the present.

4.     Solve problems more effectively. 
Para pakar mengatakan bahwa kita memiliki kecenderungan menggunakan otak kiri untuk mengatasi masalah. Sebuah wilayah untuk analytical perspective. Namun sebenarnya, tidak jarang pula jawaban-jawaban itu muncul dengan melibatkan kreativitas dan intuisi yang terdapat di otak kanan. Menulis kemampuan tersebut, dan memberikan jawabn dari banyak pertanyaan-pertanyaan.

5.     Resolve disagreements with others. 
Menulis opini tentang perbedaan pendapat dapat membantu memahami pandangan-pandangan orang lain. And you just may come up with a sensible resolution to the conflict. Am I right, or am I right?:D

Sebagai sebuah suntikan motivasi, berikut quote Purcell;

Through your writing you’ll discover that your journal is an all-accepting, nonjudgmental friend. And she may provide the cheapest therapy you will ever get. Best of luck on your journaling journey!”

0 komentar: