Saya
tak ingat pernah bermimpi untuk menjadi penulis. Tetapi hasrat menulis? Itu
baru ada. Saya ingat betul ketika guru Bahasa pertama saya, bu Tutik, menyuruh
seisi kelas untuk menulis apapun, saya menulis cerpen paling panjang. Hampir
separo buku Sinar Dunia kala itu. Bahkan setelah itu saya jadi sedikit
keranjingan menulis, sampai-sampai pernah saya menulis cerpen fiksi yang paling
‘lugu’ setelah seringnya membaca
cergam Street Fighter. Saya pamerkan
ke kawan-kawan buku saya itu, dan kebanyakan dari mereka tidak tertarik.
Mungkin bukan jelek cerita atau tulisannya, melainkan karena minat baca mereka
yang memang rendah. Namun semenjak saya bermain musik, rasanya hasrat itu
mendadak hilang. Sebuah kenyataan bahwa eksistensi kata tergantikan oleh nada. Namun ternyata itu
hanya bersifat sementara. Seiring dengan hobi membaca buku dan surfing internet
yang gila-gilaan saya kembali menjadi penggila kertas dan pena. Saya tulis
apapun yang ingin saya tulis. Sambil menyelam minum air kata orang. Sembari
curhat, juga melatih diri. Maka saya terus menulis sampai sekarang, dan alhamdulillah sudah 3 buku terbit serta sebuah
blog kebanggaan saya; guitaronsky.asia,
masih berdiri tegak di bidang musik sampai hari ini.
Saya
pikir, menulis bukanlah hal yang harus dimaknai sesuatu. Saya sendiri merasa
menulis dapat meningkatkan gairah. Terlebih lagi, menurut pengalaman saya,
menulis (dan membaca tentunya) membantu kita untuk berfikir lebih terstruktur
dan metodis. Ketika beberapa kali saya diundang untuk menjadi pembicara atau
pemateri misalnya, saya selalu tampil percaya diri. Kenapa? Karena terbiasa
berfikir secara sistematis. Sehingga outline
yang kita buat, akan terurai dengan baik. Ya…., kadang-kadang bolehlah sedikit berimprovisasi,
he he ….
Di
jaman berinternet sekarang ini, profesi apapun akan lebih baik jika ditunjang
dengan kemampuan menulis. Dalam
sejumlah bidang termasuk komunikasi, media, penyiaran, web, hiburan, manajemen,
pendidikan, dan banyak lagi, kemampuan menulis kreatif telah menjadi semacam
tuntutan. Hal tersebut dipercaya dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif, berkomunikasi dan menciptakan iklim persuasi yang efektif. Menulis kreatif
adalah keterampilan yang berharga bagi para profesional di hampir semua sektor
pasar, yang mengapa beberapa perusahaan dan organisasi mendorong karyawan
mereka untuk memiliki kompetensi ini.
Maka tidak jarang kita melihat Workshop
atau In-House Training yang dilakukan
di perusahaan dan organisasi lainnya.
Beberapa malah sudah memiliki medianya sendiri. Para guru
misalnya, mereka yang tergerak menulis mendirikan beberapa portal sebagai media
beropini dan berkarya mereka. Misalnya, koranpendidikan.com
dan penagurumenulis.com. Ada juga
parade dokter yang gemar menulis di blogdokter.com. Para manajer juga seperti tidak mau
ketinggalan dengan budaya tulis menulis ini, seperti yang bisa kita lihat di strategimanajemen.net, konsultan-bisnis.com
atau di manajemen-strategi.com. Para
profesional ini seolah tak pernah lelah membagikan ilmunya pada orang lain.
Satu hal yang betul-betul patut kita apresiasi.
Saya pribadi juga percaya, bahwa menulis merupakan
instrumen pengembangan diri yang dapat meningkatkan kepribadian seseorang. Seorang
pakar kesehatan di sebuah artikel lama kompas pernah menyatakan begini, ‘Menulis itu
menyehatkan. Menulis bisa mengalirkan endapan kepiluan, kemirisan, kedukaan
akibat goncangan pengalaman hidup yang bertubi-tubi. Menulis adalah ungkapan paling jujur
bagaimana endapan itu dialirkan. Ajaib, menulis itu menyembuhkan.’
Selain itu, dari segi kesehatan menurut Baikie
dan Wilhelm (2005) yang menjelaskan manfaat jangka panjang dari menulis dengan
metode expressive writing, antara
lain meningkatkan dan memperbaiki suasana hati, fungsi sistem imun, fungsi
paru-paru (terkhusus penderita asma), kesehatan fisik dan nyeri (terutama pada
penderita kanker), fungsi hati, dan lain sebagainya.
Selain itu ketika menulis sudah menjadi hobi
maka ada semacam sensasi yang tak terkira nilanya. Oscar Wilde adalah satu dari sekian banyak
orang yang telah membuktikannya. Ini katanya; “I never travel without my diary. One should always have something sensational
to read on the train.”
Menurut Maud Purcell, seorang ahli kesehatan
dan kontributor di psychcentral.com,
setidaknya ada 5 hal yang menjadi manfaat dalam journaling (kebiasaan menulis catatan harian). Dia berkata, “Writing removes mental blocks and allows
you to use all of your brainpower to better understand yourself, others and the
world around you. Begin journaling and begin experiencing these benefits”:
1.
Clarify your thoughts and feelings.
Hal ini
yang banyak dikatakan para penulis, dimana disinilah kita akan mampu
berkomunikasi dengan dunia dalam diri kita (internal
world).
2.
Know yourself better.
Seseorang akan paham tentang situasi sosial dan opini
orang-orang tentang kita (melalui tulisan kita tentunya) it’s such an important
information for your emotional well-being.
3.
Reduce stress.
Curhat tentang rasa marah, rasa galau, dan
semua hal emosional lainnya paling tidak mampu mengurangi intensitas
perasaan-perasaan itu. Jadi, menurut saya, by
doing so, you will feel calmer and better able to stay in the present.
4.
Solve problems more effectively.
Para pakar mengatakan bahwa
kita memiliki kecenderungan menggunakan otak kiri untuk mengatasi masalah. Sebuah
wilayah untuk analytical perspective.
Namun sebenarnya, tidak jarang pula jawaban-jawaban itu muncul dengan
melibatkan kreativitas dan intuisi yang terdapat di otak kanan. Menulis
kemampuan tersebut, dan memberikan jawabn dari banyak pertanyaan-pertanyaan.
5.
Resolve disagreements with others.
Menulis opini tentang perbedaan pendapat dapat
membantu memahami pandangan-pandangan orang lain. And you just may come up with a sensible resolution to the conflict. Am
I right, or am I right?:D
Sebagai sebuah suntikan
motivasi, berikut quote Purcell;
“Through
your writing you’ll discover that your journal is an all-accepting,
nonjudgmental friend. And she may provide the cheapest therapy you will ever
get. Best of luck on your journaling journey!”
0 komentar:
Posting Komentar